Analisis Capaian Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka
Capaian Pembelajaran memiliki 4 komponen utama capaian pembelajaran dalam kurikulum sekolah penggerak.

By SUMADI,S.Pd.I 12 Feb 2023, 08:50:45 WIB Pendidikan
Analisis Capaian Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka

Gambar : IKM di Tingkat Madrasah dibawah Naungan Kementerian Agama RI


Analisis Capaian Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka

Pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing, sebagaimana apa yang ingin dicapai dalam pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka memperhatikan dan memfasilitasi berbagai gaya belajar siswa, diantaranya;

1. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang lebih banyak memanfaatkan penglihatan.

2. Gaya Belajar Auditori

Gaya belajar auditori mengandalkan pendengaran untuk dapat memahami dan mengingat informasi yang diberikan oleh guru.

3. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang lebih mudah menyerap informasi dengan bergerak, berbuat, dan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar siswa dapat mengingatnya.

Apa itu Capaian Pembelajaran (CP)?

Capaian pembelajaran (learning outcomes) adalah suatu ungkapan tujuan pendidikan, yang merupakan suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu periode belajar.

CP dalam Kurikulum Merdeka tercantum dalam SK BSKAP Nomor 033 Tahun 2022 dan ditambah untuk mapel PAI pada Madrasah didalam SK Dirjen Pendis Nomor 347 Tahun 2022.

CP merupakan KI dan KD pada K13 yang dilebur jadi satu, lebih efektif dan efisien, dengan materi esensial, dalam bentuk "paragraf", materi lebih sedikit dibandingkan K13, yang harus dicapai oleh siswa dalam satu fase.

K13 kekuatannya pada saintific aproach "5M". Teori belajar konstruktivistik digunakan dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka, dimana peserta didik akan dapat menginterpretasi-kan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya.

 

Capaian Pembelajaran memiliki 4 komponen utama capaian pembelajaran dalam kurikulum sekolah penggerak.

4 Komponen tersebut merupakan unsur-unsur yang membentuk dokumen capaian pembelajaran secara utuh atau lengkap. Apa saja komponen yang terdapat dalam dokumen capaian pembelajaran?

Berikut ini 4 komponennya;

1. Rasional Mapel (Mata Pelajaran)

Komponen pertama dari capaian pembelajaran yaitu Rasional Mapel yang berisi rasionalisasi terkait pentingnya mempelajari mata pelajaran tertentu dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila.

2. Tujuan Mapel

Komponen kedua yaitu Tujuan Mapel. Ini merupakan komponen yang mendeskripsikan berbagai kemampuan/ kompetensi yang perlu dicapai siswa atau murid apabila mereka telah mempelajari mapel tertentu yang dimaksud.

3. Karakteristik Mapel

Komponen ketiga yaitu Karakteristik mata pelajaran. Ini adalah komponen yang memuat penjelasan umum mengenai hal-hal yang dipelajari pada suatu mata pelajaran, elemen-elemen (unsur-unsur yang membangun keutuhan kompetensi yang diharapkan dari mata pelajaran), dan deskripsi untuk setiap elemen.

4. Capaian Pembelajaran untuk setiap Fase Perkembangan Kemampuan Murid

Komponen keempat ini mendeskripsikan cakupan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi secara umum. Capaian pembelajaran per-Fase ini dikelompokkan berdasarkan elemen yang sesuai menurut perkembangan kemampuan murid.

Keempat komponen ini harus dikuasai setiap guru mapel dan disampaikan kepada siswa diawal, agar siswa tahu tentang mata pelajaran yang akan dipelajarinya, jadi lebih bermakna.

Fase dalam capaian pembelajaran dibedakan menjadi enam fase (secara berurutan dari Fase A hingga Fase F). Berikut ini merupakan pengelompokan fase kemampuan dari A sampai dengan F ke dalam kelas dan jenjang pendidikan.

Fase kemampuan murid dan kaitannya dengan kelas dan jenjang pendidikan :

Fase A : Kelas 1 & 2 SD/MI

Fase B : Kelas 3 & 4 SD/MI

Fase C : Kelas 5 & 6 SD/MI

Fase D : Kelas 7, 8, & 9 SMP?MTs

Fase E : Kelas 10 SMA/MA

Fase F : Kelas 11 & 12 SMA./MA

 

Dengan adanya fase, menghapuskan adanya "tidak naik kelas".

 

Elemen dalam Capaian Pembelajaran

Apa arti Elemen dalam Capaian Pembelajaran?

Capaian pembelajaran itu diawali dengan elemen. Elemen adalah kelompok kompetensi esensial yang berlaku sama untuk mata pelajaran yang sama di setiap fase. Elemen dalam setiap mapel bisa sama bisa berbeda.

 

Alur Tujuan Pembelajaran

 

Alur Tujuan Pembelajaran merupakan tujuan pembelajaran yang harus disusun atau diurutkan berdasarkan susunan yang logis dan sistematis.

Alur Tujuan Pembelajaran merupakan wujud uraian dari Capaian Pembelajaran yang telah dianalisis dan dikelompokkan secara sistematis mengacu pada prinsip yang ditetapkan dalam penyusunan alur tujuan pembelajaran.

Jadi, Capaian Pembelajaran memuat berbagai kompetensi kunci yang belum tersusun secara sistematis misalnya berdasarkan tingkat kesulitan materi, maka kegiatan mengurai capaian pembelajaran menjadi beberapa tujuan pembelajaran kemudian menyusunnya secara sistematis dan logis menurut tahapan mudah ke sulit, umum ke khusus, maka hasilnya adalah Alur Tujuan Pembelajaran.

Yang harus diperhatikan dalam ATP adalah "struktur ilmu", perhatikan materi pra syarat untuk materi selanjutnya. ATP disusun dari yang paling sederhana ke yang komplek, dari yang mudah ke yang sukar.

Sebagai acuan dalam menyusun ATP, sandingkan CP dengan K13 yaitu KD dalam Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018.

Dalam proses penyusunannya, Pemerintah (dalam hal ini Kemdikbudristek dan Kemenag RI) telah menetapkan bahwa Madrasah maupun guru perlu menerapkan 7 (tujuh) Prinsip dalam Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran, yaitu;

1. Sederhana dan Informatif

Prinsip pertama yaitu ATP harus bersifat sederhana dan informatif. Maksudnya, dalam merumuskan alur tujuan pembelajaran, Penulis (Penyusun) dan Pembaca dapat memahami ATP dengan mudah. Pada prinsipnya, ini dapat dilakukan dengan menggunakan istilah-istilah umum dengan makna yang jelas. Penulis dalam hal ini dapat melampirkan daftar istilah dengan definisinya seperti mencantumkan Glosarium.

2. Esensial dan Kontekstual

Esensial dan Kontekstual, maksudnya yaitu, ATP harus berisi aspek pembelajaran yang mendasar (penting) yaitu kompetensi, konten, dan hasil pembelajaran; serta memfasilitasi pengalaman belajar yang relevan dengan dunia nyata dalam bentuk aktivitas atau kegiatan yang menantang, menyenangkan, juga bermakna bagi peserta didik.

3. Berkesinambungan

ATP harus disusun dengan memperhatikan kesinambungan antar fase dan tujuan pembelajaran yang mengacu pada Capaian Pembelajaran mata pelajaran yang diruntut secara sistematis berdasarkan tingkatan kelas.

4. Pengoptimalan 3 Aspek Kompetensi

Prinsip penyusunan ATP juga harus mengoptimalkan pendayagunaan tiga aspek kompetensi yakni Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap.

Aspek kompetensi pengetahuan perlu mempertimbangkan tahapan kognitif seperti: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta; serta dimensi pengetahuan faktual yakni konseptual-prosedural-metakognitif.

Aspek kompetensi keterampilan yang perlu dioptimalkan yaitu penumbuhan kecakapan hidup yakni kritis, kreatif, komunikatif, juga kolaboratif.

Adapun aspek sikap yang dioptimalkan tentunya dikembalikan pada pencapaian karakter Profil Pelajar Pancasila, terkait P5 tercantum damal SK BSKAP Nomor 009 Tahun 2022.

5. Merdeka Belajar

Merdeka belajar adalah prinsip utama dalam menyusun ATP. Merdeka belajar itu sendiri memiliki makna:

Memerdekakan siswa dalam berpikir dan bertindak pada ranah akademis dan bertanggung jawab;

Memfasilitasi dan menginspirasi kreativitas siswa dengan melihat pada keunikan individu siswa seperti kecepatan belajar, gaya, dan minat belajar.

Mengoptimalkan peran, serta kompetensi guru (pendidik-pengajar) dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

6. Operasional dan Aplikatif

Istilah Operasional dan Aplikatif berarti bahwa rumusan ATP mampu mem-visualisasi-kan dan menggambarkan (mendeskripsikan) proses pembelajaran dan penilaian secara utuh sehingga dapat dijadikan acuan operasional yang aplikatif guna merancang modul ajar.

7. Adaptif dan Fleksibel

Prinsip terakhir yakni Adaptif dan Fleksibel. Ini berarti bahwa ATP harus sesuai dengan karakter mapel, siswa, & karakteristik sekolah, serta memperhatikan pada alokasi waktu dan relevansi antar mata pelajaran, serta mempertimbangkan ruang lingkup pembelajaran (intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler).

Untuk jenjang MI, dalam Kurikulum Merdeka, boleh menggunakan tematik ataupun mapel.

KKTP (Kriteria Ketuntasan Tujuan Pembelajaran)

KKTP (Kriteria Ketuntasan Tujuan Pembelajaran) dalam Kurikulum Merdeka, dapat memfasilitasi pembelajaran berdiferensiasi, sehingga KKTP bisa berbeda untuk beberapa siswa.

KKTP dibuat saat akan melakukan Tes Sumatif. KKTP dibuat setelah penyusunan TP.

Salah satu pembeda dari Kurikulum Merdeka dengan kurikulum sebelumnya adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tidak lagi digunakan dan berganti menjadi Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP).

Untuk mengetahui apakah peserta didik telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran, pendidik perlu menetapkan kriteria atau indikator ketercapaian tujuan pembelajaran.

Kriteria ini dikembangkan saat pendidik merencanakan asesmen, yang dilakukan saat pendidik menyusun perencanaan pembelajaran, baik dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran ataupun modul ajar.

Kriteria ketercapaian ini juga menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih/membuat instrumen asesmen, karena belum tentu suatu asesmen sesuai dengan tujuan dan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.

Kriteria ini merupakan penjelasan (deskripsi) tentang kemampuan apa yang perlu ditunjukkan/didemonstrasikan peserta didik sebagai bukti bahwa ia telah mencapai tujuan pembelajaran.

Dengan demikian, pendidik tidak disarankan untuk menggunakan angka mutlak (misalnya, 75, 80, dan sebagainya) sebagai kriteria. Yang paling disarankan adalah menggunakan deskripsi, namun jika dibutuhkan, maka pendidik diperkenankan untuk menggunakan interval nilai (misalnya 70 - 85, 85 - 100, dan sebagainya).

 

Dengan demikian, kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran dapat dikembangkan pendidik dengan menggunakan beberapa pendekatan, di antaranya:

1. Menggunakan deskripsi sehingga apabila peserta didik tidak mencapai kriteria tersebut maka dianggap belum mencapai tujuan pembelajaran

2. Menggunakan rubrik yang dapat mengidentifikasi sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran

3. Menggunakan skala atau interval nilai, atau pendekatan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan pendidik dalam mengembangkannya.

Bentuk Pemahaman dalam CP

Setiap Capaian Pembelajaran (CP) suatu mata pelajaran memiliki beberapa elemen atau kelompok kompetensi esensial yang berlaku sama untuk semua fase pada mata pelajaran tersebut. Masing-masing elemen tersebut memiliki capaian per fasenya sendiri yang saling menunjang untuk mencapai pemahaman yang dituju.

Elemen sebuah mata pelajaran mungkin saja sama atau berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Contoh pertama, dalam CP PAUD terdapat elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti, Jati Diri, dan Dasar-Dasar Literasi dan STEAM. Contoh kedua, dalam CP Matematika terdapat elemen Bilangan, Aljabar, Pengukuran, Geometri, serta Analisis Data dan Peluang.

Jika pembelajaran ibarat sebuah perjalanan, diperlukan beberapa kompetensi esensial agar tepat waktu dan selamat mencapai tujuan. Contohnya, jika ingin melakukan perjalanan dengan cara mengemudikan mobil, ada beberapa elemen yang perlu dipelajari seperti mengenali bagian dan cara kerja mobil, mengemudi, keselamatan mengemudi, navigasi, dan pengendalian emosi.

Jika mengacu kepada teori konstruktivisme, kemampuan memahami ada di level paling tinggi. Berbeda jika mengacu pada Taksonomi Bloom yang menempatkan kemampuan memahami di level C2.

Masing-masing elemen memiliki capaiannya sendiri yang saling menunjang agar seseorang dapat memenuhi CP mengemudikan mobil. Tentu saja jika perjalanan ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum, berjalan kaki, berlari, bersepeda, atau berlayar, elemen Capaian Pembelajarannya sangat mungkin berbeda dengan mengemudikan mobil. Mungkin elemennya lebih sedikit/banyak, mungkin mirip atau sama. Elemen setiap mata pelajaran dapat memiliki persamaan atau perbedaan karakteristik satu dengan lainnya.

Prinsip penyusunan CP menggunakan pendekatan konstruktivisme yang membangun pengetahuan dan berdasarkan pengalaman nyata dan kontekstual. Menurut teori belajar konstruktivisme (constructivist learning theory), pengetahuan bukanlah kumpulan atau seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah untuk diingat.

Konsep “memahami” dalam CP dalam konstruktivisme adalah proses membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata. Pemahaman tidak bersifat statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan sepanjang siswa mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memodififikasi pemahaman sebelumnya.

Enam aspek pemahaman (Wiggins and Tighe, 2005) merupakan bentuk-bentuk pemahaman yang digunakan dalam CP. Tapi tidak harus hirarkis.

Pertama, penjelasan (explanation). Mendeskripsikan suatu ide dengan kata-kata sendiri, membangun hubungan antartopik, mendemonstrasikan hasil kerja, menjelaskan alasan/cara/prosedur, menjelaskan sebuah teori menggunakan data, berargumen dan mempertahankan pendapatnya.

Kedua, interpretasi (interpretation). Menerjemahkan cerita, karya seni, atau situasi. Interpretasi juga berarti memaknai sebuah ide, perasaan atau sebuah hasil karya dari satu media ke media lain, dapat membuat analogi, anekdot, dan model. Melihat makna dari apa yang telah dipelajari dan relevansi dengan dirinya.

Ketiga, aplikasi (application).

Menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman mengenai suatu dalam situasi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari atau sebuah simulasi (menyerupai kenyataan).

Keempat, perspektif (perspective).

Melihat suatu hal dari sudut pandang yang berbeda, siswa dapat menjelaskan sisi lain dari sebuah situasi, melihat gambaran besar, melihat asumsi yang mendasari suatu hal dan memberikan kritik.

Kelima, empati (empathy).

Menaruh diri di posisi orang lain. Merasakan emosi yang dialami oleh pihak lain dan/atau memahami pikiran yang berbeda dengan dirinya. Menemukan nilai (value) dari sesuatu.

Keenam, pengenalan diri (self-knowledge). Memahami diri sendiri; yang menjadi kekuatan, area yang perlu dikembangkan serta proses berpikir dan emosi yang terjadi secara internal.

Dalam menganalisis CP, guru yang mengajar di fase yang sama, "duduk bersama" untuk menganalisis pembagian CP pada setiap kelas, berdasarkan pada "struktur ilmu".

Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Cara Merumuskan Tujuan Pembelajaran ;

1. Merumuskan tujuan pembelajaran dari CP secara langsung.

2. Menganalisis kompetensi dan materi yang terdapat pada CP.

3. Dirumuskan dengan lintas elemen CP.

Ketiga cara tersebut bermuara pada tercapainya capaian pembelajaran di setiap akhir fase. Prakteknya, ada dalam modul yang telah saya tulis.

Asesmen

Jenis asesmen sesuai fungsinya mencakup:

1. asesmen sebagai proses pembelajaran (assessment as Learning),

2. asesmen untuk proses pembelajaran (assessment for Learning),

3. asesmen pada akhir proses pembelajaran (assessment of learning).

Asesmen dilakukan untuk mencari bukti ataupun dasar pertimbangan tentang ketercapaian tujuan pembelajaran. Maka dari itu, pendidik dianjurkan untuk melakukan asesmen-asesmen berikut ini:

1. Asesmen formatif, yaitu asesmen yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses belajar.

a. Asesmen di awal pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan.

Asesmen ini termasuk dalam kategori asesmen formatif karena ditujukan untuk kebutuhan guru dalam merancang pembelajaran, tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaporkan dalam rapor.

b. Asesmen di dalam proses pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus pemberian umpan balik yang cepat. Biasanya asesmen ini dilakukan sepanjang atau di tengah kegiatan/langkah pembelajaran, dan dapat juga dilakukan di akhir langkah pembelajaran. Asesmen ini juga termasuk dalam kategori asesmen formatif.

2. Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan pendidikan. Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.

Kedua jenis asesmen ini tidak harus digunakan dalam suatu rencana pelaksanaan pembelajaran atau modul ajar, tergantung pada cakupan tujuan pembelajaran.

 

Pendidik adalah sosok yang paling memahami kemajuan belajar peserta didik sehingga pendidik perlu memiliki kompetensi dan keleluasaan untuk melakukan asesmen agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik masingmasing.

Keleluasaan tersebut mencakup perancangan asesmen, waktu pelaksanaan, penggunaan teknik dan instrumen asesmen, penentuan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran, dan pengolahan hasil asesmen. Termasuk dalam keleluasaan ini adalah keputusan tentang penilaian tengah semester. Pendidik dan satuan pendidikan berwenang untuk memutuskan perlu atau tidaknya melakukan penilaian tersebut.

Asesmen Diagnostik

Asesmen diagnostik merupakan penilaian yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik dalam menguasai materi atau kompetensi tertentu serta penyebabnya. Hasil asesmen diagnostik dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan (intervensi) yang tepat dan sesuai dengan kelemahan peserta didik.

Modul Ajar

Konsep Modul Ajar antara lain: Modul ajar ialah sejumlah alat atau sarana media, metode, petunjuk, dan pedoman yang dirancang secara sistematis dan menarik. Modul ajar ialah merupakan implementasi dari Alur Tujuan Pembelajaran yang dikembangkan dari Capaian Pembelajaran dengan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Aalamiin sebagai sasaran.

Referensi;

https://platform merdeka mengajar/belajar.id




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment